Filosofi Anak Menurut Al-Qur'an




Filosofi keberadaan anak menurut Al Quran diperankan secara aktual oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Zakaria AS. Dunia pendidikan Barat mengenalkan bahwa 80% usia perkembangan intelektual anak pada usia 0-4 tahun (50%) dan 4-8 tahun (30%) yang dinamakan Golden Age (Masa Keemasan). Tetapi jauh sekitar 15 abad yang lalu, Rasulullah Muhammad SAW telah mengemukakan: ”Perumpamaan orang yang mencari ilmu pada masa kecilnya bagaikan mengukir menulis di atas batu, dan perumpamaan orang yang belajar di waktu dewasa bagaikan menulis di atas air.”(HR. Thabrani)

Metode mendidik anak agar sesuai dengan prototipe anak shaleh menurut agama Islam dapat kita maknai dalam lantunan do’a Nabi Ibrahim AS sebagai berikut : (35) Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “YaTuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anakcucuku dari menyembah berhala-berhala.(36) Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, Maka barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golonganku, dan Barangsiapa yang mendurhakai Aku, Maka Sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(37) Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.(38) Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang Kami sembunyikan dan apa yang Kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.(39) Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa.(40) Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.(41) Ya Tuhan Kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.( QS.14 Ibrahim 35 : 41 )
Dari kutipan ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa metode mendidik anak, yaitu.

  1. Menanamkan Nilai Tauhid
    Yaitu melalui pembiasaan dan uswah (keteladanan). Hal ini dapat diterapkan antara lain dengan menciptakan lingkungan kondusif bagi penumbuhkembangan nilai tauhid dalam lingkungan anak berinteraksi. ( ayat 35 dan 36 ), serta berdoa agar diberikan lingkungan tempat tinggal yang berkah ada pada :“ Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat.”( QS. 23 Al Mu’minun : 29 )
  2. Mendekatkan anak ke Rumah Alloh (masjid) (ayat 37)
    Memang benar, mengajak si kecil sejak dini untuk pergi ke masjid adalah satu hal yang baik untuknya. Pada awalnya mungkin mereka tidak mengerti dan hanya bermain saja, itu memang wajar mengingat bahwa mereka masih anak-anak. Tetapi ingatlah bahwa anak-anak belajar lebih cepat dengan melihat dan melakukan. Lama kelamaan mereka juga akan terbiasa, bahkan aneh rasanya jika mereka tidak pergi ke masjid untuk beribadah.
  3. Senantiasa Mendirikan shalat (ayat 37 dan 40)
    Kita semua tahu, bahwa shalat merupakan kewajiban yang tak dapat ditinggalkan serta merupakan rukun islam. Mendidik anak untuk mendirikan shalat sejak dini sebenarnya memang kewajiban bagi orang tua. Cara yang tepat adalah bukan hanya menyuruh sang anak, tetapi berilah contoh dan ajak dia untuk mengerjakan shalat.
  4. Mendidik pola habluminanaas (hubungan dengan lingkungan) atau pendidikan etika islami yang baik (ayat 37)
    Penting sekali menanamkan akhlaq dan etika yang baik sejak dini. Mengingat zaman yang terbilang sudah membuat orang tak lagi peduli dengan orang lain. Ajarkanlah kepada anak agar selalu menghormati orang yang lebih tua dari mereka dan bersikap baik pada sesama.
  5. Mendidik menjadi manusia yang bersyukur (ayat 37)
    Bersyukur adalah merupakan pujian yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa bila mana seseorang telah mendapatkan nikmat. Mengajarkan rasa bersyukur kepada anak akan senantiasa membuatnya merasa cukup, serta memahami bahwa datangnya rizqi itu dari Alloh SWT.
  6. Menanamkan nilai kejujuran (ayat 38) 
  7. Menanamkan keyakinan dan kebiasaan berdoa (ayat 39) 
  8. Senantiasa mendoakan orang tua dan memiliki kepekaan serta semangat menyebarkan kebaikan (ayat 41)
Demikian artikel tentang filosofi anak menurut Al-Qur'an Al Karim. emoga bermanfaat bagi kita semua, share jika berkenan. Terimakasih.
Wallohu’alam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Filosofi Anak Menurut Al-Qur'an"

Post a Comment