Antara Interaksi Dan Smartphone Terhadap Anak



Sebagai orang tua alangkah baiknya sering berinteraksi bersama anak, bermain misalnya. Selain untuk mempererat hubungan antara orang tua dan anak, bermain bersama dengan anak juga mampu menumbuhkan kreatifitas dan rasa percaya diri kepada anak. Kebanyakan anak akan sangat menyukai sebuah permainan jika kita sebagai orangtua terlibat didalamnya. Kenapa? Ya karena di situlah seorang anak akan mendapatan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari hari-hari biasanya.


Namun, hari ini kita sebagai orangtua harus benar-benar pandai mencari cara untuk bermain bersama dengan anak. Karena tak jarang anak akan cepat merasa bosan dengan permainan yang kita buat. Apalagi dengan hadirnya gadget seperti laptop dan hanphone yang menyuguhkan berbagai permainan yang beragam akan membuat anak lebih cenderung senang bermain gadget ketimbang bermain dengan orangtua.

Hari ini kita tak mungkin lagi bisa menghalangi teknologi yang berkembang begitu cepat. Ini juga berdampak terhadap anak-anak, kita tidak bisa mencegah mereka untuk memakai gadget atau piranti smartphone yang kini hampir dimiliki setiap orang. Yang bisa kita lakukan adalah mengawasi dan melakukan pendampingan untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.
Menurut survey yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Survei Pelajar-Pemuda PW Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur pada tahun 2016 menyatakan 50% persen pelajar menggunakan "smartphone" sejak sekolah dasar (SD) dan 44% memakai sejak SMP serta 3% sejak SMA.
Hasil survey diatas sebanyak 50% anak SD sudah menggunakan smartphone, dan menurut survey tersebut sebanyak 59% penggunaanya masih positif, yakni untuk berkomunikasi dengan orang tua. karena anak SD masih belum mandiri sehingga komunikasi dengan orangtua sangatlah penting. 

Kita mungkin masih ingat, betapa bahagianya ketika ayah kita mengajak bermain, entah permainan apapun itu. Mungkin perasaan itu juga yang akan dirasakan anak kita. Cobalah menjadi seperti meraka, rasakan kembali perasaan itu. Jangan biarkan kesibukan kita mengurangi porsi perhatian dan komunikasi dengan anak.

Porsi komunikasi yang minim mengakibatkan hubungan psikologis antara orangtua dan anak menjadi kurang dekat. "Banyak orang masih mengira kedekatan fisik saja sudah cukup, padahal perlu juga diciptakan komunikasi mendalam dengan pasangan dan juga anak-anak," kata psikolog Anna Surti Ariani, MSi, yang akrab disapa Nina. 

Orangtua juga perlu ngobrol dengan anak, mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dengan penuh perhatian. Ini yang disebut dengan komunikasi berkualitas. Selain itu, Nina juga melanjutkan bahwa kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua akan berdampak buruk pada perkembangan emosi anak. Bahkan anak akan cenderung lebih individualis dan berisiko menjadi pemberontak.

Kesimpulannya, jangan biarkan gadget maupun smartphone menggantikan perhatian anda terhadap si kecil. Sesibuk apapun anda, sempatkanlah berinteraksi dengan porsi yang efektif dengan anak kita. Dengan menerapkan langkah tersebut semoga bisa mencegah pengaruh negatif terhadap perkembangan anak kita.

Demikian artikel yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Share jika berkenan.